Mengenal Istilah Safety

Source : Google Image

1STANDAR – Bekerja berdasarkan standard bukan opini

Bicara safety (keselamatan) tak terlepas dari sebuah standard atau acuan yang mengaturnya. Keselamatan seorang karyawan saat bekerja bukan hanya menjadi tanggung jawab perusahaan yang mempekerjakannya, akan tetapi pemerintah sebagai pemilik regulasi juga sangat tegas dalam ketentuannya. Salah satu tujuan dibuatkannya suatu standard tidak lain yaitu untuk memproteksi seorang karyawan dari bahaya serta resiko yang bisa mengancam keselamatannya saat mereka bekerja. Suatu pekerjaan dikatakan aman atau tidak aman harus berdasarkan standard, bukan opini dari siapapun seperti pada contoh pembicaraan diatas. Standard bagaikan sebuah senjata untuk seorang pengawas maupun safety officer, sehingga ketika melakukan inspeksi, kontrol serta pengujian suatu pekerjaan, standard dijadikan sebagai acuan sesuai Kepmen 555K pasal 12 poin b (Kewajiban Pengawas Operasional).

Berikut ini yaitu pembagian dari suatu standard :

  1. Standard internasional seperti OHSAS, NOSA dlsb.
  2. Standard nasional seperti SMK3, SMKP, SNI, Peraturan-perundangan seperti UU No. 1 tahun 1970 mengenai Keselamatan Kerja, Kepmen No. 555K tahun 1995 mengenai Keselamatan Pertambangan dlsb.
  3. Standard operasional perusahaan seperti Manual, SOP, WI serta Buku Panduan perusahaan.

Sudah seharusnya seorang pengawas dan safety officer menjadikan standard sebagai acuan dalam melakukan pembinaan serta pengawasan terhadap pekerjaan di lapangan. Hindari standard ganda yang berakibat dapat membingungkan operasional di lapangan.

2AKTIF – Pro-Aktif bukan reaktif dalam tindakan

Yaitu kesalahan besar jika kita bertindak reaktif terhadap suatu masalah. Menunggu terjadinya kecelakaan bukan prinsip dalam keilmuan safety. Promotif serta preventif yaitu prinsip ilmu safety. Sedia payung sebelum hujan dan mencegah lebih baik dari pada mengobati merupakan slogan safety yang mudah dipahami. Contoh pro-Aktif seperti program inspeksi keselamatan, pelatihan keselamatan, rapat keselamatan dan lainnya. Nama lain dari pro aktif yaitu Leading Indicator yang umumnya istilah ini sudah banyak digunakan pada perusahaan besar.

3FLEKSIBEL – Fleksibel (tidak kaku) dalam menghadapi masalah

Safety tidaklah kaku namun bersifat fleksibel. Sebagai contoh lihatlah pada matriks resiko yang ada, di mana ada level resiko yang rendah sampai ekstrim (Low = Rendah ; Medium = Sedang ; High : Tinggi serta Extreme = Ekstrim). Pada level resiko apa pun pekerjaan tetap bisa dilakukan, tetapi dengan catatan. Ada istilah ALARP (As Low as Reasonably Practicable) yaitu resiko minimum yang bisa di terima sedemikian hingga pekerjaan itu bisa dipraktekan/dilakukan. Kemampuan serta ketrampilan dari sesorang assessor sangat dibutuhkan dalam melakukan risk assessment, karena hal semacam ini menyangkut keselamatan dari semua orang yang bekerja.

Safety is not police. Safety lebih dekat dengan orang bijak, lantaran dengan kalimat bijaknya dapat mengubah atau memengaruhi seseoarng untuk melakukan tindakan aman. Kata bijak yang diimbangi dengan standard bakal memiliki dampak yang mengagumkan dalam mengubah perilaku atau aksi seorang.

4EFEKTIF – Sistem kendali yang sesuai dengan Hirarki

Kata efektif bisa diterapkan pada sistem hirarki pengendalian dari suatu bahaya serta resiko. Seorang pengawas serta safety officer harus berpikir cerdas, kendali seperti apa yang efektif untuk mencegah terjadinya kerugian. Seperti yang kita ketahui bersama kalau ada banyak metode hirarki pengendalian. Tetapi karena kita mengacu kepada standard internasional yaitu OHSAS 18001, hirarki pengendalian terdapat 5 yaitu : Eliminasi, Substitusi, Rekayasa Enjinering, Administrasi serta APD (Alat Pelindung Diri).

Keefektifan dari suatu pengendalian yang ditetapkan serta diterapkan akan bergantung pada kemampuan dari sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan. Sebagai contoh, untuk mengadakan sebuah alat baru yang lebih aman atau memodifikasi suatu alat/mesin akan memerlukan biaya (cost) yang tinggi pastinya. Selain itu persiapan sumber daya manusianya seperti pelatihan untuk meningkatkan skill serta kompetensi karyawannya.

5TERENCANA – Terencana dalam eksekusi program

Hal terpenting dalam pelaksanaan program safety yaitu rencana. Organisasi yang dinamis didalamnya memiliki rencana yang matang sebelum melakukan aktifitasnya. Tanpa sebuah gagasan akan menyebabkan tidak jelas arah serta tujuan yang akan diraih. Selain program safety yang terencana juga harus efektif. Sedikit program lebih baik dari pada banyak program tetapi tidak efektif.

6YUKS BERDOA – Tak lupa berdoa, lantaran segala suatu hal atas kehendak-Nya

Standard yang tinggi, program yang terencana serta sistem kendali yang efektif tidaklah cukup. Ketercapaian atau keberhasilan dari itu semua tidaklah terlepas dari peran doa yang kita kerjakan. Kecelakaan yang terjadi ditempat kerja merupakan takdir (ketentuan) dari Allah ta’ala. Kita hanya mampu berupaya sebaik serta semaksimal mungkin. Segala usaha serta usaha kita lakukan tidak akan percuma, insya Allah. Sebelum bekerja, selama bekerja serta setelah bekerja janganlah lupa untuk selalu berdoa kepada-Nya. Jangan pernah lupa untuk bedoa kepada-Nya, kita memohon keselamatan selama kita bekerja.

SAFETY (Standard, Aktif, Fleksibel, Efektif, Terencana serta Yuks berdoa) yang di uraikan diatas merupakan salah satu usaha kita untuk mencapai kinerja HSE yang lebih baik. Peran dari semua unsur dalam menggerakkan SAFETY ini sangat penting, mulai dari Manajemen, Pengawas serta Pekerja. Oleh karenanya, mari kita junjung tinggi SAFETY saat bekerja.